Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
RSS

Menapaki Jejak Sejarah Pembakaran Kota

Tarlen Handayani dan Hugo

Tugu Bandung Lautan Api bukan satu-satunya penanda peristiwa Bandung Lautan Api tahun 1946. Selain tugu itu, ada 10 penanda di sekitar pusat kota sebagai jejak warisan budaya.

Penanda, yang disebut juga stilasi, punya tinggi 1,5 meter dan berbentuk prisma segitiga. Ketiga sisinya memuat informasi yang berbeda.

Sisi yang pertama mencantumkan logo lembaga Bandung Heritage sebagai pemrakarsa disertai American Express sebagai penyandang dana. Sisi lainnya memuat lirik lagu “Halo-halo Bandung” dengan logo Pemerintah Kota Bandung dan Djarum Foundation di bawahnya. Sisi ketiga memuat peta lokasi dan sedikit keterangan soal tempat tersebut.

Ada pemanis di bagian atasnya: setangkai bunga Patrakomala dari besi, yang merupakan lambang Kota Bandung. Meski sudah dipasang sejak 1997, stilasi karya pematung Sunaryo ini tidak banyak yang mengetahui. Mungkin karena keterbatasan informasi, atau memang kecilnya minat warga.

Satu penanda di Jalan Simpang bahkan hampir tertutup oleh mika pada pagar sebuah rumah makan. Untuk mencarinya, kita harus bertanya dulu ke pelayan rumah makan. Hanya sisi yang memuat lirik lagu Halo-Halo Bandung yang masih dapat dilihat. Selebihnya, jangan harap.

Penanda lokasi tempat rapat para pejuang yang memutuskan pembumihangusan Kota Bandung tersembunyi di balik pagar …

Padahal, penanda itu sengaja dipasang di sana karena tempat itu punya peranan dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Tempat yang sekarang jadi rumah makan itu, merupakan lokasi perumusan serta diambilnya keputusan pembakaran Kota Bandung.

Tetapi bagi Ridwan Hutagalung, pegiat apresiasi wisata dan sejarah dan penulis buku “Braga: Jantung Parijs van Java”, masyarakat tidak sepenuhnya salah. “Kenapa letak penanda tidak mudah diketahui masyarakat?” katanya.

Sejak awal, kata Ridwan, stilasi itu memang tidak menarik perhatian orang.

Dua pejalan kaki melintasi stilasi no 3 di depan Gedung Asuransi Jiwasraya, Jalan Asia Afrika Bandung. Stilasi …

Ide pembuatan stilasi muncul di pertengahan tahun 1990-an. Frances B. Affandy, relawan Bandung Heritage sempat mengikuti pertemuan International Council of Monuments and Sites di Paris. Dia bertemu dengan perwakilan American Express Bank Foundation yang berniat menyalurkan tanggung jawab sosial perusahaan. “Saya pilih isu Bandung Lautan Api. Agar fokus karena belum ada riset mendalam soal ini,” kata Frances.

Pihak donor berkenan dan menggelontorkan $25 ribu. “Pak Joop Ave [mantan menteri wisata era Soeharto] juga memberikan dana sebesar itu,” tambah Frances sembari menambahkan dana itu dipakai untuk kegiatan riset dan pembuatan stilasi Bandung Lautan Api. Hasil riset dituangkan menjadi buku “Saya Pilih Mengungsi”. 

Frances berharap masyarakat Kota Bandung bangga dengan keberadaan stilasi-stilasi tersebut — serta mau menjaga dan merawatnya. “Lihat patung Persib yang selalu terawat dan dibersihkan setiap tahun oleh penggemarnya. Ini luar biasa. Seharusnya bisa untuk monumen yang lain,” kata Francis.

Tapi Francis sadar, perlu upaya lebih untuk menumbuhkan kesadaran itu kepada masyarakat. “Kenapa saya bersandar pada masyarakat? Karena kalau kegiatan perawatan seperti itu jadi tanggung jawab pemerintah, ujung-ujungnya proyek. Itu rawan korupsi,” imbuhnya.

Simak lokasi sembilan stilasi lainnya:

1)    Seberang gedung BTPN di Jalan Dago,
2)    Bank BJB di Jalan Braga,
3)    Gedung Jiwasraya di Jalan Asia Afrika,
4)    SD Dewi Sartika di Jalan Kautamaan Istri,
5)    Bekas rumah dinas Kolonel Abdul Haris Nasution di Jalan Dewi Sartika,
6)    Pertigaan Lengkong Dalam-Lengkong Tengah yang merupakan lokasi pemukiman warga Indonesia-Belanda,
7)    Jalan Jembatan Baru yang menjadi titik pertahanan pemuda pejuang dalam pertempuran Lengkong,
8)    SD Asmi yang menjadi tempat perawatan korban perang di Jalan Asmi, serta
9)    Penanda lokasi Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) atau Maskapai Siaran Radio Hindia-Belanda di Jalan Tirtalega berseberangan dengan Kolam Renang Tirtalega.
sumber:http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/menapaki-jejak-sejarah-pembakaran-kota-092340167.html;_ylt=Arz8.mSU2g_a5HKjZUTfxtR9V8d_;_ylu=X3oDMTQ0djdzOGUyBG1pdANGZWF0dXJlZCBCbG9nIFBvc3QEcGtnAzIzOTJhNWMyLWNmZTUtMzRkZi05OTliLWQzNjU4MWE1YWFmYwRwb3MDOARzZWMDTWVkaWFGZWF0dXJlZExpc3QEdmVyA2EwM2QxNGYzLTlhYjItMTFlMi1hZmZiLWI4ZmNhNjhjYmRiZQ--;_ylg=X3oDMTJyYzk5OGhvBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDMTYxMTQzODAtMGJhMS0zMTAyLWE4NmMtMzlmYzJhODZmYTg3BHBzdGNhdANuYXNpb25hbARwdANzdG9yeXBhZ2U-;_ylv=3

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar